Rabu, 08 Desember 2010

keperawatan Gerontik

ASKEP PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN MASALAH PENDENGARAN

Pendengaran                                                    
Palumbo menyatakan bahwa pendengaran adalah suatu kecacatan yang tetap dan sering diabaikan yang dapat secara dramatis memengaruhi kualitas hidup seseorang. Penurunan pendengaran adalah masalah kesehatan kedua yang memengaruhi lansia. Beberapa orang yang menyatakan bahwa hal tersebut memiliki efek yang bergerak seperti gelombang yang dapat memengaruhi area dasar tertentu dari penampilan manusia, menurunkan kenikmatan hidup dan menurunkan interaksi dengan orang lain dan rekreasi di luar rumah.
Pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun, antara 28 dan 55% mengalami gangguan pendengaran dalam derajat yang berbeda. Diantara mereka yang berusia lebih dari 80 tahun, 66% mengalami gangguan pendengaran. Diperkirakan 90% orang yang berada dalam institusi mengalami masalah pendengaran.

Perubahan Dalam Penuaan
            Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Mhoon menggambarkan fenonema tersebut sebagai suatu penyakit simetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis. Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis. Penurunan pendengaran sensorineural terjadi saat telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf pendengaran). Penyebab dari perubahan dengan konduksi tidak diketahui, tetapi masih mungkin berkaitan dengan perubahan pada tulang di dalam tulang mastoid.
            Dalam presbiskusis, suara konsonan dengan nada tinggi merupakan yang pertama kali terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi secara bertahan. Karena perubahan berlangsung lambat, klien mungkin tidak segera mencari bantuan yang dalam hal ini sangat penting sebab semakin cepat kehilangan pendengaran dapat diidentifikasi dan alat bantu di berikan, semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Karena kehilangan pendengaran pada umumnya berlangsung secara bertahap, seseorang mungkin tidak menyadari perubahannya sampai diberitahu oleh seorang anggota keluarga atau teman yang mengatakan bahwa ia menjadi “susah mendengar”.
            Dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanjut usia adalah ketidakmampuan untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan untuk mendeteksi suara dengan nada frekuensi yang tinggi seperti beberapa konsonan (misalnya f, s, sk, sh, dan l). Perubahan-perubahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga. Berbagai alat yang tersedia saat ini dapat digunakan untuk memeriksa adanya gangguan pendengaran seperti otoskop dengan pemeriksaan histologi, mikrobiologi, dan biokimia, serta pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan otologis dan audiotologis yang seksama sangat penting dilakukan.

PENATALAKSANAAN PENURUNAN PENDENGARAN
Pengkajian, Batasan Karakteristik, dan Intervensi
Suatu  sumber  informasi berharga untuk diagnosis gangguan pendengaran adalah riwayat kasus tersebut. Melalui pengkajian riwayat kasus, perawat dapat mempelajari kapan klien mulai memiliki suatu masalah pendengaran juga gejala lain yang berhubungan dengan itu (misalnya akumulasi serumen, nyeri pada telinga, perubahan dalam persepsi kata, respon yang tidak sesuai dalam percakapan, tinitus, atau vertigo). Informasi dapat diperoleh dari pengkajian fungsional pada lingkungan tempat tinggal juga dari pengkajian fungsional pada lingkungan tempat tinggal juga dari pengkajian dengan menggunakan sebuah garputala, detak arloji, dan suara bisiskan. Perawat harus waspada terhadap petunjuk lain yang menandai adanya penurunan pendengaran, seperti lansia yang meminta orang lain untuk mengulangi pernyataannya, menggerakan kepala kesebelah kanan atau kiri sebagai suatu usaha untuk memahami lebih baik apa yang telah dikatakan, menarik diri dari aktivitas sosial, memberi respons-respons yang tidak sesuai, dan mengeraskan suara televisi atau radio agar dapat mendengarnya.
Pengkajian termasuk informasi tentang infeksi telinga sebelumnya (otitis media), sekret dari salah satu telinga, terpajan pada lingkungan yang sangat gaduh saat ini atau masa lalu, infeksi pernapasan bagian atas yang sering, tindakan pembedahan telinga sebelumnya, perbedaan dalam mendengarkan suara yang tinggi atau yang rendah, sakit yang berkaitan dengan penurunan pendengaran, dan semua pemeriksaan pendengaran sebelumnya. Hal lain yang juga penting adalah menentukan apakah anggota keluarga atau klien yang pertama kali mengetahui adanya suatu perubahan dalam pendengaran klien.

Hal-hal berikut ini dapat digunakan untuk membantu dalam menentukan status pendengaran lansia:
o   Berdiri di belakang klien, tepukan tangan dengan nyaring dan amati apakah klien
Bereaksi terhadap suara gaduh yang tiba-tiba.
o   Berbicara beberapa kata yang mempunyai suara konsonan frekuensi tinggi dan minta klien untuk mengulangi (misalnya: fanta, susu, ski).
o   Observasi untuk menentukan apakah klien sedang membaca gerak bibir.
o   Perhatikan adanya kesalahan dalam mengintreprestasi kata-kata.
o   Dengarkan adanya kegagalan untuk berespons terhadap pertanyaan yang diajukan.
o   Observasi perilaku menarik diri
o   Tentukan apakah klien dapat mendengar detik arloji (pada kedua telinga). Pegang arloji beberapa senti di atas kepala, di bagian belakang, dan beberapa senti dari masing-masing telinga. Catat jarak tempat klien menyatakan bahwa suara detik arloji dapat terdengar.
Pengkajian penurunan pendengaran pada lansia di pengaruhi oleh beberapa faktor. Respon-respons yang tidak sesuai mungkin salah diintreprestasikan sebagai kebingungan, atau klien mungkin tidak mampu memahami kalimat dan mengikuti instruksi.
Batasan karakteristik yang berhubungan dengan suatu perubahan dalam pendengaran sangat bervariasi di antara individu. Karakteristiknya dapat berupa perubahan dalam persepsi pendengaran, adanya suara berdenging di telinga (tinitus), nyeri pada satu atau kedua telinga, perubahan kemampuan untuk mendengar suara frekuensi tinggi, menarik diri, ansietas, respons tidak sesuai dengan percakapan, dan bukti-bukti klinis tentang gangguan pendengaran.
Tanpa memperhatikan penyebab dari kehilangan pendengaran, lansia mempunyai reaksi yang hampir sama terhadap gangguan ini seperti : marah, frustasi, dan menarik diri. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi secara efektif karena gangguan pendengaran mempengaruhi harga diri seseorang. Perasaan kehilangan mungkin sangat jelas terlihat ketika gangguan tersebut mempengaruhi beberapa AKS. Implikasi dari suatu gangguan pendengaran ini penting untuk dipahami oleh perawat dan anggota keluarga. Contoh-contoh pengaruh pada AKS termasuk rasa segan untuk berpartisipasi dalam aktivitas kelompok, kurangnya respons ketika diajak bicara, penurunan aktivitas religius, peningkatan volume televisi atau radio, lambatnya respons untuk menghindari bahaya seperti mobil yang mendekati, atau tidak mematuhi program pengobatan. Identifikasi dan rehabilitasi dini dapat meningkatkan persepsi diri klien dan kesedian untuk berpartisipasi dalam keluarga dan aktivitas yang lain.
Penggunaan alat bantu dengar dapat memudahkan komunikasi, mengurangi perasaan kesepian dan isolasi sosial, dan mengembalikan perasaan memiliki kontrol pada klien. Beberapa lansia mungkin dibantu dengan suatu alat bantu dengar, dan sebagian yang laintidak menggunakan. Orang yang menunjukan suatu peningkatan dalam membedakan suara dengan peningkatan amplifikasi/pembesaran suara pada umumnya merupakan calon yang baik untuk menggunakan alat bantu dengar.
Sebagian besar lansia menerima informasi mereka tentang penggunaan dan keuntungan-keuntungan alat bantu dengar dari iklan-iklan di televisi, surat kabar, atau radio, teman-teman, atau anggota keluarga yang lain. Namun, klien perlu berbicara dengan seorang ahli audiologi untuk mempelajari lebih banyak tentang alat bantu dengar dari seseorang yang dapat memberikan informasi lengkap dan akurat. Berbagai tipe alat bantu dengar yang berbeda telah tersedia pada saat ini, dan tipe yang dipilih bergantung pada kemampuan klien untuk mengoperasikan alat tersebut. Pertimbangan harus diberikan kepada keterampilan klien (untuk mengendalikan volume) dan penglihatannya (untuk melihat alat pengendali). Tipe-tipe yang ada saat ini terdiri dari jenis in-the-ear (di dalam telinga), body-type (tipe tubuh), dan alat bantu postaulikular. Alat bantu di dalam telinga (in-the-ear) mempunyai sebuah pengatur volume berukuran kecil, dapat ditinggikan; alat bantu postaurikular dan tipe tubuh (body-type) mempunyai pengatur volume yang lebih besar sehingga lebih mudah untuk dirasakan dan disesuaikan. Hal yang penting dilakukan adalah menjelaskan berbagai pilihan dengan jelas dan berpedoman kepada kebutuhan klien yang spesifik sehingga klien dapat membuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah diberitahukan. Klien dan keluarga juga harus mempertimbangkan biaya alat bantu dengar; suatu waktu yang singkat pada umumnya diberikan bagi klien untuk melakukan penyesuaian pada instrumen yang dipilih dan mempelajari bagaiman cara menggunakannya sebelum pembelian. Beberapa masalah mungkin terjadi berkaitan dengan penggunaan alat bantu dengar. Instrumen tersebut memiliki pengeras suara (amplifier), sehingga dapat memperkuat kata-kata dalam suatu percakapan; suara gaduh disekitarnya mungkin cukup keras untuk menimbulkan kesalahan dalam menginterpretasi kata-kata atau menyebabkan nyeri. Oleh karena itu, lansia mungkin membeli suatu alat bantu dengar, tetapi ia hanya sedikit menggunakannya.
Menyesuaikan diri terhadap suatu defisit pendengaran setelah seumur hidup memiliki pendengaran yang normal yang merupakan hal yang sulit di lakukan. Keutuhan biopsikososial seseorang terancam oleh perubahan yang hebat ini, intervensi perawat perlu memfokuskan pada tindakan untuk memfasilitasi klien untuk bergerak ke arah kemampuan berfungsi secara optimal di dalam masyarakat yang dinamis.
Daftar Pustaka : Stanley Mickey,dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta. Penerbit : EGC.
 Daftar pustaka : S. Tomher-Nookasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta. Penerbit : Salemba Medika

ASKEP PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN MASALAH PENDENGARAN
Telinga sebagai organ pendengaran dan ekuilibrium terbagi dalam 3 bagian yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga berisi reseptor-reseptor yang menghantarkan gelombang suara kedalam impuls-impuls saraf dan reseptor yang berespons pada gerakan kepala.
Perubahan pada telinga luar sehubungan dengan proses penuaan adalah kulit telinga berkurang elastisitasnya. Daerah lobus yang merupakan satu-satunya bagian yang tidak di sokong oleh kartilago mengalami pengeriputan, aurikel tampak lebih besar, dan tragus sering di tutupi oleh rumbai-rumbai rambut yang kasar. Saluran auditorial menjadi dangkal akibat lipatan ke dalam. Pada dindingnya silia menjadi lebih kaku dan kasar juga produksi serumen agak berkurang dan cenderung menjadi lebih kering.
Perubahan atrofi telinga tengah khususnya membran timpani karena proses penuan tidak mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran. Perubahan yang tampak pada telinga tampak pada telinga dalam adalah koklea yang berisi organ corti sebagai unit fungsional pendengaran mengalami penurunan sehingga mengakibatkan presbiskusis.
Lebih  kurang 40% dari populasi lansia mengalami gangguan pendengaran (presbiskusis). Gangguan pendengaran mulai dari derajat ringan sampai berat dapat di pantau dengan menggunakan alat audiometer. Pada umunya laki-laki lebih sering menderita gangguan pendengaran di bandingkan perempuan.
Presbiskusis merupakan akibat dari proses degenaratif pada satu / beberapa bagian koklea (strias vaskularis, sel rambut, dan membran basilaris) maupun serabut saraf auditori. Presbiskusis ini juga merupakan hasil interaksi antara faktor genetik individu dengan faktor eksternal, seperti pajanan suara berisik terus menerus , obat ototoksik, dan penyakit sistemik.
Presbikusis terbagi dua menjadi presbikusis perifer dan presbikusis sentral.
·         Presbikusis perifer, dimana para lansia hanya mampu untuk mengedintifikasi kata.
Alat bantu dengar masih cukup bermanfaat, tetapi harus di perhatikan untuk menghindari berteriak/berbicara terlalu keras karena dapat membuat ketidaknyamanan di telinga.
·         Presbiskusis sentral, dimana lansia mengalami gangguan untuk mengidentifikasi kalimat,sehingga bermanfaat sebagai alat bantu dengar sangat kurang. Oleh karena itu, percakapan dengan lansia harus sedikit lebih lambat tanpa mengabaikan irama dan intonasi.
Presbiskusis di tambah dengan situasi ketika percakapan yang berlangsung kurang mendukung dapat menyebabkan lansia mengalami gannguan komunikasi. Gangguan komunikasi ini dapat terjadi akibat : pertama, pembicaraan mengalami gangguan karena suara musik, radio, televisi, maupun pembicaraan lain. Kedua, sumber suara mengalami distorsi yang berasal dari pengeras suara yang tidak sempurna seperti diterminal, masjid, telpon, maupun bila di ucapkan oleh anak-anak / pembicara yang terlalu cepat. Ketiga, kondisi akustik ruangan yang tidak sempurna seperti di dapur, ruang makan, restoran, serta ruang pertemuan yang mudah memantulkan semua.

 Etiologi
 Etiologi di bagi menjadi 2 yaitu :
1.      Internal
Degenerasi primer eferen dari koklea, degenerasi primer organ corti penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik mungkin juga mengalami gangguan.Sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia.
2.      Eksternal
Terpapar bising yang berlebihan, penggunaan otottoksik dan reaksi paska radang. (Boedhi dan Hadi,1999)
Tanda dan Gejala
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan pendengaran:
1.      Kesulitan mengerti pembicaraan
2.      Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi
3.      Kesulitan membedakan pembicaraan, bunyi bicara lain yang parau dan bergumam
4.      Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar,terutama dengan latar belakang yang bising
5.      Latar belakang bunyi yang berdering atau berdesis yang konstan
6.      Perubahan kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f, dan g
7.      Suara vokal yang frekwensinya rendah seperti a,e,i,o,u umumnya relatif diterima dengan lengkap (Luekenotte, 1997).
Menjadi tua adalah pasti (bila tidak meninggal muda). Terdapat tanda-tanda penuaan sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, seperti kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap, rambut kepala mulai memutih dan beruban, gigi mulai lepas (ompong), penglihatan dan pendengaran berkurang, mudah lelah dan mudah jatuh, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah. Disamping kemunduran secara fisik terdapat juga kemunduran kognitif antara lain :
o   Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
o   Ingatan terhadap hal-hal dimasa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja terjadi
o   Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang sulit menerima ide-ide baru.
Daftar Pustaka : Jaime L. Stockslager. 2007. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta. Penerbit : EGC

Perubahan sistem indra pada penuaan
Perubahan Morfologis
1.      Penurunan sel rambut koklea
2.      Perubahan telinga dalam
3.      Degenerasi pusat pendengaran
4.      Hilangnya fungsi neurostransmiter
Perubahan Fisiologis
1.      Kesulitan mendengar suara berfrekuensi tinggi
2.      Penurunan kemampuan membedakan pola titik nada
3.      Penurunan kemampuan dan penerimaan bicara
4.      Penurunan fungsi membedakan ucapan
Daftar  Pustaka : Pudjiastuti Sri Surini, dkk.  2003.  Fisioterapi pada lansia.  Jakarta. Penerbit Buku: EGC.

Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran pada lanjut usia merupakan keadaan yang menyertai proses menua. Gangguan pendengaran yang utama adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenonema yang berhubungan dengan lanjut usia, bersifat simetris, dengan perjalanan yang progresif lambat (Mills, 1985). Ada beberapa tipe presbiakusis, yakni :
1.      Presbiakusis sensorik. Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel rambut di membrana basalis koklea sehingga terjadi hilang pendengaran frekuensi nada tinggi. Penurunan fungsi pendengaran biasanya pada usia pertengahan dan berlangsung terus secara perlahan progresif.
2.      Presbiakusis neural. Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel neuronal menentukan gangguan pendengaran yang timbul (berupa gangguan frekuensi pembicaraan atau pengertian kata-kata adanya inkoordinasi, kehilangan memori, dan gangguan pusat pendengaran).
3.      Presbiakusis metabolik (strial). Patologinya yang terjadi adalah abnormalitas vaskularis strial berupa atrofi daerah apikal dan tengah dari koklea. Presbiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih muda.
4.      Prebiakusis mekanik (konduktif koklear). Pada presbiakusis jenis ini, di duga diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanis pada membrana basalis koklea sebagai akibat proses menua. Secara audiogram, ditandai dengan penurunan progresif sensitivitas di seluruh daerah tes. Dapat disebabkan:
a.       Kelainan degeneratif (otosklerosis)
b.      Ketulian pada lanjut usia seringkali dapat menyebabkan kekacauan mental
c.       Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bila bernada tinggi/rendah)
d.      Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang/berputar)
Daftar Pustaka : Nugroho Wahjudi, 2003. Keperawatan Gerontik dan Gerontrik Edisi 3. Jakarta : EGC
                                 
1. Pengkajian
Pengkajian pada lansia yang mengalami gangguan pada sistem pendengaran meliputi hal-hal sebagai berikut ini:
o   Meminta untuk mengulang pembicaraan
o   Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan
o   Memalingkan kepala terhadap pembicraan
o   Kesulitan membedakan pembicaraan serta bunyi suara orang lainyang parau atau bergumam.
o   Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang bisisng, berdering / berdesis yang konstan.
o   Volume bicara meningkat
o   Sering merasa sedih, di tolak lingkungan, malu, menarik diri, bosan, depresi, dan frustasi.
o   Ketergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari (mandi, berpakaian, ke kamar kecil, makan, BAB/BAK, serta berpindah) .

2. Masalah Keperawatan                                                                 
Masalah keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem pendengaran adalah sebagai berikut ini :
o   Gangguan persepsi sensorik : pendengaran
o   Resiko cedera
o   Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
o   Kurang pengetahuan
o   Cemas
o   Gangguan Komunikasi
o   Gangguan soaialisasi

3.    Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem pendengaran adalah sebagai berikut ini :
o   Kaji penyebab adanya gangguan pendengaran
o   Bersihkan telinga, pertahankan komunikasi
o   Berbicara pada telinga yang masih baik dengan suara yang tidak terlalu keras
o   Berbicara secara perlahan-lahan jelas, dan tidak terlalu panjang
o   Beri kesempatan klien untuk menjawab pertanyaan
o   Gunakan sikap dan gerakan / objek untuk memudahkan persepsi klien
o   Beri sentuhan untuk menarik perhatian sebelum memulai pembicaraan
o   Beri motivasi dan reinforcoment
o   Kolaborasi untuk menggunakan alat bantu pendengaran
o   Lakukan pemeriksaan secara berkala
Rencana Asuhan Keperawatan 
Diagnosis Keperawatan : Perubahan fungsi sensori/persepsi : pendengaran
Hasil Yang Diharapkan : Pasien mampu mendengar percakapan
Tindakan Keperawatan    : Berbicara dengan nada yang tidak termasuk berteriak (berteriak meningkatkan intonasi nada suara).
     : Menghadap ke arah pasien ketika berbicara
     : Berbicara secara perlahan-lahan dan jelas
      : Gunakan sentuhan untuk mendapatkan perhatian pasien jika    berada di belakangnya
     : Gunakan kalimat sederhana
     :Turunkan intonasi nada suara
     : Waspadai komunikasi nonverbal (misalnya : ekspresi wajah)
Daftar pustaka : Maryam Siti, dkk. 2008.  Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.  Jakarta. Penerbit : Salemba Medika.